Kuliah Untuk Kerja atau Kerja Untuk Kuliah?

Berbicara tentang kuliah maka pembahasannya gak akan lepas dari rentetan perjalanan hidup yang susah-susah gampang. Kenapa begitu? Karena selama 23 tahun aku hidup di dunia ini, menyelesaikan tugas akhir skripsi adalah fase terfrustasi dalam sejarah hidup seorang eka. Mengingat diriku manusia yang super santai, bodo amatan dan tidak pedulian, malah dituntut harus berkutat menyelesaikan satu hal dalam tempo waktu 5 bulan, hallo yang benar saja.

Walaupun sebenarnya aku sedikit bangga, kerena bisa menyelesaikan itu semua tepat waktu (3,5 tahun). Bukan bangga sih, lebih tepatnya bersyukur. Ada rasa haru setelah dinyatakan lulus pada ujian skripsi 29 Januari 2020 lalu. Bisa sampai di titik ini bukan hal yang mudah, tapi juga gak terlalu sulit. Karena aku yakin masih banyak orang di luar sana yang hidupnya lebih sulit dariku dan aku termasuk orang yang sangat beruntung.

 ---

Lima tahun yang lalu,

aku bahkan masih ingat air mata mama yang jatuh karena merasa gagal gak bisa menguliahkan anaknya. Sebenarnya bukan gak bisa sih, hanya saja menurutku itu keinginan yang terlalu dipaksakan. Aku 100% mengerti keadaan keuangan keluargaku saat itu. Sebelum lulus pun aku sudah bertekat gak mau kuliah kecuali dengan uangku sendiri, aku sampai berdebat dengan mama karena menolak mendaftar di universitas manapun hahaha kurang ajar memang. Ku yakinkan mama bahwa aku akan kerja sambil kuliah, pokoknya aku pasti kuliah “anakmu pasti sarjana, tenang aja”, tapi tentu saja itu bukan kalimat  menenangkan bagi mamaku yang saat itu posisinya benar-benar putus asa.

Nah seminggu setelah pengumuman kelulusan SMK, aku diberitahu bahwa ada lowongan pekerjaan tanpa babibu daripada di rumah diomeli karena gak kuliah aku langsung saja antar lamaran dan Alhamdulillah diterima hari itu juga (karena memang sangat dibutuhkan). Gaji pertamaku waktu itu 250 ribu hahaha langsung pupus dong harapanku untuk kuliah sambil kerja. Setiap hari yang ku lakukan di tempat kerja tentu saja melakukan semua pekerjaan dengan baik sambil terus mengamati pekerjaan orang-orang. Sampai beberapa bulan setelahnya ada beberapa karyawan yang resign atau mengundurkan diri, disitulah kesempatan datang, karena aku pemerhati yang baik selama ini otomatis aku sudah paham betul dong pekerjaan karyawan yang lain dan aku juga pembelajar yang cepat. Jadi aku pun dipercaya menggantikan tugas mereka. Gajiku tentu saja naik, walaupun gak banyak aku tetap bersyukur karena bisa ku tabung sedikit untuk rencana kuliahku tahun depan.

Alhamdulillah, berkat doa kedua orang tuaku siapa sangka aku bisa masuk kuliah dengan uang tabungan yang ku kumpulkan selama setahun. Aku ambil kelas eksekutif atau non-reguler yang kuliahnya cuma seminggu sekali yaitu hari sabtu (weekend), karena senin-jumat kan aku harus bekerja untuk biaya semesteran wkwk. Jadi otomatis aku menghabiskan setiap malam minggu ku di kampus, perkuliahan selesai jam 10 malam, sampai rumah sekitar jam setengah 12 karena memang jaraknya lumayan jauh. Benar-benar semalam itu, tapi lucunya abah gak mau tidur sebelum anaknya pulang hahaha sungguh romantis.

3,5 tahun menjalani hidup seperti itu aku sama sekali menikmatinya. Wah jangan salah, aku lumayan berbakat dalam urusan bersenang-senang. Sesibuk-sibuknya diriku, aku masih bisa begadang main game, nongkrong dengan teman-temanku, jalan ke mol, kulineran, nonton drakor dan bermalas-malasan.

Sehari saja gak pernah terbesit untuk mengeluh, malah semakin hari semakin bertambah banyak alasanku untuk bersyukur. Mungkin sesekali ya pasti pernah kepikiran gimana ya rasanya jadi mahasiswa yang sesungguhnya mahasiswa, maksudku bisa ngekost hidup sendiri dan ikut organisasi kampus (karena aku anaknya organisasi banget padahal), tanpa harus memikirkan biaya kuliah. Tapi, ya kembali lagi besyukur karena bisa tetap dekat dengan orang tua gak perlu ngekost jadi gak perlu kangen. Kangen kan berat, Dilan aja gak kuat.

Jadi mohon maaf kepada siapapun yang merasa hidupnya sangat beruntung, menurutku kalian masih jauh beruntungan aku. Di saat anak lain sibuk mendaftar kuliah, aku sudah dapat duit 250ribu. Di saat mereka hanya bisa belajar, aku sudah bisa belajar sambil bekerja. Di saat mereka minta uang bulanan, aku sudah bisa kasih adikku uang jajan. Di saat mereka minta uang semesteran, aku sudah bisa membeli kebutuhan rumah tangga. Di saat mereka dapat THR, aku sudah bisa kasih sedikit THR untuk orang tua. Dan di saat mereka lulus bingung mencari kerja, aku sudah duduk manis di kursi kerja.

--

Intinya aku bersyukur kepada Allah, sudah dilahirkan mama yang luar biasa, dibimbing abah yang super romatis, dikelilingi orang-orang baik. Sampai akhirnya aku bisa mewujudkan satu mimpi mama untuk punya anak sarjana (walaupun belum officially).

Aku percaya segala sesuatu yang diniatkan baik untuk orang tua, pasti selalu dipermudah jalannya.

Mama, Abah… Panjang umurlah.

 


*NB: Setelah sekian lama hiatus, aku kembali lagi dengan cerita-cerita tidak pentingku seperti biasa. Doakan aku bisa rajin bercerita paling tidak seminggu sekali hahha


Komentar

  1. Aku bisa membayangkan kyp rasanya itu👌🏻
    Cukup syukuri yg ada.
    Usaha tdk pernh mengkhianati hasil.

    BalasHapus
  2. Aku bisa membayangkan kyp rasanya itu👌🏻
    Cukup syukuri yg ada.
    Usaha tdk pernh mengkhianati hasil.

    BalasHapus
  3. Makasih ka eka sudah menulis ceritanya buat jadi self reminder orang lain untuk selalu bersyukur!! Proud of youu~~

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih juga rahma sudah baca tulisan kaka :)
      semoga kita sama-sama bisa terus bersyukur. Amin.

      Hapus
  4. Di tapin ada kah komunitas penulis atau sastra mbak

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer