Kuliah Untuk Kerja atau Kerja Untuk Kuliah?
Walaupun sebenarnya aku sedikit bangga, kerena bisa
menyelesaikan itu semua tepat waktu (3,5 tahun). Bukan bangga sih, lebih tepatnya
bersyukur. Ada rasa haru setelah dinyatakan lulus pada ujian skripsi 29 Januari 2020 lalu. Bisa sampai di titik ini
bukan hal yang mudah, tapi juga gak terlalu sulit. Karena aku yakin masih
banyak orang di luar sana yang hidupnya lebih sulit dariku dan aku termasuk
orang yang sangat beruntung.
Lima tahun yang lalu,
aku bahkan masih ingat air mata mama yang jatuh karena merasa
gagal gak bisa menguliahkan anaknya. Sebenarnya bukan gak bisa sih, hanya saja
menurutku itu keinginan yang terlalu dipaksakan. Aku 100% mengerti keadaan
keuangan keluargaku saat itu. Sebelum lulus pun aku sudah bertekat gak mau
kuliah kecuali dengan uangku sendiri, aku sampai berdebat dengan mama karena
menolak mendaftar di universitas manapun hahaha kurang ajar memang. Ku yakinkan
mama bahwa aku akan kerja sambil kuliah, pokoknya aku pasti kuliah “anakmu
pasti sarjana, tenang aja”, tapi tentu saja itu bukan kalimat menenangkan bagi mamaku yang saat itu
posisinya benar-benar putus asa.
Nah seminggu setelah pengumuman kelulusan SMK, aku
diberitahu bahwa ada lowongan pekerjaan tanpa babibu daripada di rumah diomeli karena
gak kuliah aku langsung saja antar lamaran dan Alhamdulillah diterima hari itu
juga (karena memang sangat dibutuhkan). Gaji pertamaku waktu itu 250 ribu
hahaha langsung pupus dong harapanku untuk kuliah sambil kerja. Setiap hari
yang ku lakukan di tempat kerja tentu saja melakukan semua pekerjaan dengan
baik sambil terus mengamati pekerjaan orang-orang. Sampai beberapa bulan
setelahnya ada beberapa karyawan yang resign atau mengundurkan diri, disitulah
kesempatan datang, karena aku pemerhati yang baik selama ini otomatis aku sudah
paham betul dong pekerjaan karyawan yang lain dan aku juga pembelajar yang
cepat. Jadi aku pun dipercaya menggantikan tugas mereka. Gajiku tentu saja
naik, walaupun gak banyak aku tetap bersyukur karena bisa ku tabung sedikit
untuk rencana kuliahku tahun depan.
Alhamdulillah, berkat doa kedua orang tuaku siapa sangka aku
bisa masuk kuliah dengan uang tabungan yang ku kumpulkan selama setahun. Aku ambil
kelas eksekutif atau non-reguler yang kuliahnya cuma seminggu sekali yaitu hari
sabtu (weekend), karena senin-jumat
kan aku harus bekerja untuk biaya semesteran wkwk. Jadi otomatis aku
menghabiskan setiap malam minggu ku di kampus, perkuliahan selesai jam 10
malam, sampai rumah sekitar jam setengah 12 karena memang jaraknya lumayan jauh.
Benar-benar semalam itu, tapi lucunya abah gak mau tidur sebelum anaknya pulang
hahaha sungguh romantis.
3,5 tahun menjalani hidup seperti itu aku sama sekali
menikmatinya. Wah jangan salah, aku lumayan berbakat dalam urusan bersenang-senang.
Sesibuk-sibuknya diriku, aku masih bisa begadang main game, nongkrong dengan
teman-temanku, jalan ke mol, kulineran, nonton drakor dan bermalas-malasan.
Sehari saja gak pernah terbesit untuk mengeluh, malah
semakin hari semakin bertambah banyak alasanku untuk bersyukur. Mungkin sesekali
ya pasti pernah kepikiran gimana ya rasanya jadi mahasiswa yang sesungguhnya
mahasiswa, maksudku bisa ngekost hidup sendiri dan ikut organisasi kampus
(karena aku anaknya organisasi banget padahal), tanpa harus memikirkan biaya
kuliah. Tapi, ya kembali lagi besyukur karena bisa tetap dekat dengan orang tua
gak perlu ngekost jadi gak perlu kangen. Kangen kan berat, Dilan aja gak kuat.
Jadi mohon maaf kepada siapapun yang merasa hidupnya sangat
beruntung, menurutku kalian masih jauh beruntungan aku. Di saat anak lain sibuk
mendaftar kuliah, aku sudah dapat duit 250ribu. Di saat mereka hanya bisa
belajar, aku sudah bisa belajar sambil bekerja. Di saat mereka minta uang
bulanan, aku sudah bisa kasih adikku uang jajan. Di saat mereka minta uang
semesteran, aku sudah bisa membeli kebutuhan rumah tangga. Di saat mereka dapat
THR, aku sudah bisa kasih sedikit THR untuk orang tua. Dan di saat mereka lulus
bingung mencari kerja, aku sudah duduk manis di kursi kerja.
--
Intinya aku bersyukur kepada Allah, sudah dilahirkan mama
yang luar biasa, dibimbing abah yang super romatis, dikelilingi orang-orang
baik. Sampai akhirnya aku bisa mewujudkan satu mimpi mama untuk punya anak
sarjana (walaupun belum officially).
Aku percaya segala sesuatu yang diniatkan baik untuk orang
tua, pasti selalu dipermudah jalannya.
Mama, Abah… Panjang umurlah.
*NB: Setelah sekian lama hiatus, aku kembali lagi dengan
cerita-cerita tidak pentingku seperti biasa. Doakan aku bisa rajin bercerita
paling tidak seminggu sekali hahha
Aku bisa membayangkan kyp rasanya itu👌🏻
BalasHapusCukup syukuri yg ada.
Usaha tdk pernh mengkhianati hasil.
Betul, thankyou fathurr🤗
HapusAku bisa membayangkan kyp rasanya itu👌🏻
BalasHapusCukup syukuri yg ada.
Usaha tdk pernh mengkhianati hasil.
Makasih ka eka sudah menulis ceritanya buat jadi self reminder orang lain untuk selalu bersyukur!! Proud of youu~~
BalasHapusmakasih juga rahma sudah baca tulisan kaka :)
Hapussemoga kita sama-sama bisa terus bersyukur. Amin.
Di tapin ada kah komunitas penulis atau sastra mbak
BalasHapus